https://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/ABIP/issue/feedJurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan2023-08-29T02:03:04+00:00Rahmad Setyokorasyoka2019@gmail.comOpen Journal Systems<p align="justify"><img src="/public/site/images/rasyok/HEADER.jpg">ABIP MERUPAKAN JURNAL YANG MEMILIK IRUANG LINGKUP MENGENAI AGAMA BUDDHA DAN ILMU PENGETAHUAN YANG DITERBITKAN OLEH SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA RADEN WIJAYA WONOGIRI. JURNAL ABIP TERBIT PERTAMA KALI PADA TAHUN 2014. JURNAL ABIP TERBIT DALAM 1 TAHUN 2 KALI, PADA BULAN JULI DAN DESEMBER. CALON PENULIS JURNAL ABIP HARUS MELAKUKAN REGISTRASI TERLEBIH DAHULU PADA WEB JURNAL ABIP.</p>https://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/ABIP/article/view/708ASKETISME BUDDHA DALAM TOKOH BUBUKSAH DI RELIEF PENDOPO CANDI PANATARAN2023-08-22T04:11:41+00:00Sutadisutadisw21@gmail.com<p>Penelitian ini bermula dari terdapatnya relief Bubuksah yang disebutkan sebagai seorang pertapa Buddha yang digambarkan di Pendopo teras Candi Panataran yang merupakan Candi bercorak Hindu. Candi ini memiliki posisi penting dalam pendidikan keagamaan masa Kerajaan Majapahit. Relief ini memiliki hubungan dengan kepercayaan negara yang membentuk Siwa Buddha dengan ajaran Bhinneka Tunggal Ika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai Buddhisme yang membentuk karakter tokoh Bubuksah dalam Relief Pendopo Candi Panataran tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan. Analisis data dalam penelitian ini dengan analisis konten bahan pustaka. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa cerita Bubuksah merupakan perbandingan antara cara bertapa dari penganut Buddha dan Siwa yang menunjukkan adanya perbedaan dalam cara beragama namun mengarah pada tujuan yang sama. Hal ini merupakan wujud praktik dalam menjalankan ajaran Siwa Buddha secara nasional pada era Majapahit yang digambarkan dalam karakter lokal. Hal ini merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat Jawa dalam menerima perbedaan ajaran Hindu dan Buddha. Pemilihan pada Pendopo Candi Panataran dapat dipahami karena candi ini berfungsi sebagai pusat pendidikan agama kerajaan. Tokoh Bubuksah merupakan penggambaran ajaran Buddha tentang praktik asketis Bodhisattwa yang merupakan salah satu konsep utama dalam tradisi Buddha Mahayana. Praktik kemurahan hati dengan memberikan diri kepada makhluk lain yang membutuhkan secara tulus sebagai bagian dari tujuan mulia mencapai pembebasan sejati.</p>2023-07-31T03:56:57+00:00Copyright (c) 2023 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuanhttps://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/ABIP/article/view/709MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA MARGOREJO2023-08-22T04:11:05+00:00Sugeng Sugengsoalsugeng@gmail.comAgus Subandiuppalasubandi@gmail.com<p>Keberagaman merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari. Keberagaman ini di satu sisi dapat menjadi keistimewaan, namun di sisi lain juga dapat menjadi sumber potensi terjadinya konflik di masyarakat. Moderasi beragama merupakan sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain. Adanya keberagaman agama tidak menjadi kendala bagi terwujudnya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai di Desa Margorejo. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk menggambarkan moderasi beragama di Desa Margorejo. Adanya moderasi beragama tercermin dari terwujudnya toleransi antar-umat beragama di Desa Margorejo. Kerukunan antar-umat beragama di Desa Margorejo menjadi tradisi turun-temurun yang terus diwariskan sampai dengan generasi yang ada saat ini hingga memunculkan kesadaran dan penerimaan masyarakat akan adanya perbedaan agama di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Terwujudnya moderasi beragama di Desa Margorejo tidak terlepas dari adanya sinergitas pemerintah desa, para tokoh agama, dan masyarakat khususnya para pemuda lintas agama dalam berupaya untuk menjaga dan memperkuat moderasi beragama.</p>2023-07-31T04:03:20+00:00Copyright (c) 2023 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuanhttps://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/ABIP/article/view/710INTENSITAS MENGIKUTI SEKOLAH MINGGU BUDDHA DAN KEMANDIRIAN SISWA VIHARA VIPASSANA KUSALACITTA2023-08-22T04:10:33+00:00Eling Widiyonoelingwidiyono@gmail.com<p>Intensitas siswa dalam mengikuti kegiatan Sekolah Minggu Buddha mampu menumbuhkan sikap kemandirian siswa. Adapun ciri-ciri dari beberapa sikap kemandirian siswa adalah: tanggung jawab, jarang meminta bantuan orang lain, kreatif dan inisiatif, memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, percaya diri, dan dapat melayani diri sendiri. Kemampuan ini dapat diperoleh dari hasil belajar di sekolah minggu yang banyak mengajarkan sikap-sikap kemandirian siswa seperti mendengarkan cerita tentang sifat-sifat luhur Buddha dan Bodhisatva, mewarnai yang dapat menumbuhkan kemampuan motorik anak, bernyanyi yang dapat meningkatkan rasa percaya diri. Hal demikian dapat dikuasai oleh siswa jika dilakukan secara intens dan intensitas di sini mengacu pada durasi dan kesungguhan siswa dalam melakukan kegiatan di Sekolah Minggu Buddha</p>2023-07-31T06:57:16+00:00Copyright (c) 2023 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuanhttps://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/ABIP/article/view/719KONSEP KETUHANAN NON-KUALITAS DALAM BUDDHISME: SEBUAH ANTITESIS KONSEP TUHAN PERSONAL2023-08-22T04:10:03+00:00Galuh Nur Fattahgaluh.nur.f@mail.ugm.ac.idAgus Himmawan Utomoahutomo@ugm.ac.id<p>Buddhisme adalah sebuah agama dan sistem filsafat yang memberikan pijakan moral dan metodologi praksis bagi seseorang untuk merealisasikan pencerahan dan melenyapkan penderitaan. Namun sebagai agama, Buddhisme terkadang dipandang tidak layak, karena tidak memiliki konsepsi tentang Tuhan sebagai mana agama-agama dalam tradisi Abrahamik yang monoteisme. Pandangan yang menyatakan bahwa Buddhisme tidak layak disebut sebagai agama ini didasarkan pada paradigma agama dunia yang memang sangat dipengaruhi oleh tradisi Abrahamik. Banyak yang beranggapan bahwa Buddhisme itu bercorak ateistik, ada juga yang beranggapan bahwa Buddhisme itu politeistik, bahkan ada yang menganggapnya bukan bukan agama. Bahkan di dalam internal penganut Buddhisme pun banyak yang tidak memahami hal tersebut, ada yang menyebut Tuhan sebagai karma (Pali: kamma) dan ada juga yang menganggap Nirvana (Pali: Nibbana) sebagai Tuhan. Pada dasarnya Buddhisme tidak membicarakan tentang permasalahan ketuhanan (non-theistic religion), akan tetapi dalam literaturnya masih dibahas mengenai makhluk-makhluk adi-kodrati seperti dewa dan brahma. Pembahasan mengenai dewa dan brahma ini yang sering disalahartikan dan dipandang sebagai Tuhan. Oleh sebab itu perlu ada penjelasan yang lebih terperinci untuk menegaskan bahwa, kalaupun ada diperlukan adanya konsepsi ketuhanan dalam Buddhisme, maka bentuk ketuhanan itu adalah betuk ketuhanan yang non-kualitas.</p>2023-07-31T07:03:59+00:00Copyright (c) 2023 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuanhttps://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/ABIP/article/view/712MAKNA PINDAPATA DI HARI UPOSATHA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEYAKINAN UMAT BUDDHA2023-08-28T03:52:02+00:00Tri SuyatnoTrisuyatno@radenwijaya.ac.id<p>Tujuan dari penelitian ini adalah menguraikan makna pindapata sebagai praktik keyakinan umat Buddha di hari uposatha. Fokus pada penelitian ini adalah membahas bagaimana pindapata dapat meningkatkan keyakinan umat Buddha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pindapata adalah pengumpulan dana makanan oleh Bhikkhu atau menerima persembahan makanan dari perumah tangga. Berdana makanan kepada Bhikkhu akan mendapatkan manfaat yang tiada tara: usia panjang (ayu), ketampanan atau kecantikan (vanno), kebahagiaan (sukha), dan kekuatan (bala). Konsep kepercayaan didasari ehipassiko (lihat, datang dan buktikan). Keyakinan dalam agama Buddha tidak semata-mata hanya percaya namun harus dibuktikan sendiri. Kondisi batin dalam melaksanakan dana, dapat mendorong karma baik ketika dilaksanakan. Citta dan cetasika, faktor batin dan pikiran, seorang pendana akan menghasilkan karma. Faktor kebijaksanaan setelah melaksanakan dana akan menjadi faktor penerima bahagia.</p>2023-07-31T12:29:25+00:00Copyright (c) 2023 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuanhttps://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/ABIP/article/view/786UPAYA KAUSALYA DAN QUANTUM LEARNING 2023-08-28T03:50:52+00:00Eko Siswoyoekomurni89@gmail.com<p>Dalam pembelajaran terdapat dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar, yang prosesnya membutuhkan interaksi baik antara pembelajar dan pengajar agar tujuan pembelajaran tercapai. Salah satu proses yang mendukung dari tujuan pembelajaran adalah metode yang cocok. Dalam agama Buddha, terdapat metode mengajar yang cocok untuk semua usia yaitu Upaya Kausalya. Upaya Kausalya merupakan suatu seni mengajar yang mengandung unsur kreatifitas, kecerdasan, keindahan, kepiawaian sesuai dengan keadaan atau situasi yang dihadapi untuk mencapai keberhasilan dan manfaat. Metode pembelajaran Quantum Learning mengutamakan keaktifan peran, pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman dan pengecapan. Selain itu, dalam proses pembelajaran menggunakan musik untuk mencegah kebosanan dalam belajarnya. Penelitian ini bertujuan menggali hubungan metode Upaya Kausalya dan Quantum Learning dalam sebuah pembelajaran. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kesamaan metode antara Upaya Kausalya dan Quantum Learning secara prinsip, pelaksanaan, dan tujuan.</p>2023-07-31T12:35:00+00:00Copyright (c) 2023 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuanhttps://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/ABIP/article/view/805PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA PENGURUS VIHARA2023-08-22T03:59:15+00:00Juliyahjuliyahjayadhani887@gmail.comSupartono Khemacarosupartono.khemacaro@sekha.kemenag.go.idKhatman Khatmankhatman746@gmail.com<p>Motivasi memainkan peran penting dalam semua organisasi, agar organisasi dapat mencapai tujuan mereka, mereka harus memotivasi karyawan mereka untuk bekerja mencapai tujuan. Lebih mudah bagi organisasi untuk mencapai tujuannya ketika karyawannya termotivasi untuk mencapai tujuan pribadi, profesional, dan organisasi mereka. Penting bagi organisasi untuk menetapkan program motivasi yang meningkatkan motivasi dan akibatnya, kinerja baik organisasi maupun individu karyawan. Tujuan penelitian yaitu untuk menguji pengaruh antara motivasi dengan kinerja pengurus vihara, dengan menggunakan sampel 40 responden yang di dapat dengan teknik cluster random sampling. Jenis penelitian kuantitaif dengan desain ex post facto, dimana responden mengisi 2 kuesioner yaitu motivasi dan kinerja. Analisis data menggunakan regresi linier sederhana dengan taraf signifikan 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh dengan kinerja.</p>2023-07-31T12:38:28+00:00Copyright (c) 2023 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuanhttps://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/ABIP/article/view/842PARADIGMA PENELITIAN AGAMA BUDDHA: RASIONALISME VERSUS EMPIRISME2023-08-28T03:52:31+00:00Rahmad Setyokorasyokh@radenwijaya.ac.id<p>Agama pada umumnya menganggap bahwa sumber kebenaran utama bagi manusia adalah apa yang tertulis dalam kitab suci karena merupakan wahyu yang diturunkan dari Tuhan. Namun, Buddha menganjurkan untuk tidak langsung mempercayai sesuatu hanya karena tertulis dalam kitab suci yang diwariskan turun-temurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji apakah paradigma penelitian agama Buddha cenderung mengarah pada rasionalisme yang menganggap akal sebagai sumber pengetahuan ataukah mengarah pada empirisme yang menganggap bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman. Metode kepustakaan dipilih untuk menelusuri dan memadukan sumber referensi primer dan sekunder berkaitan dengan paradigma penelitian agama Buddha, rasionalisme, dan empirisme. Data dianalisis dengan <em>content analysis</em> untuk mendapatkan inferensi yang valid dengan melakukan proses memilih, menggabungkan, dan membandingkan beberapa pengertian sehingga ditemukan yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paradigma penelitian agama Buddha secara epistemologi memiliki kesamaan dengan paham empirisme karena cenderung menjadikan pengalaman langsung sebagai sumber pengetahuan daripada otoritas kitab suci dan penalaran.</p>2023-07-31T12:44:53+00:00Copyright (c) 2023 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuanhttps://jurnal.radenwijaya.ac.id/index.php/ABIP/article/view/855PENGARUH KEGIATAN KEAGAMAAN BUDDHA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA BERAGAMA BUDDHA SMP SMARATUNGGA AMPEL2023-08-29T02:03:04+00:00Muditya Ratna Dewiditashanti74@gmail.comSutikyanto Sutikyantosasanabodh@gmail.comMujiyanto Mujiyantomujiyanto@smaratungga.ac.id<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan keagamaan Buddha terhadap pembentukan karakter Buddhis. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua atau beberapa variabel pada suatu studi kelompok subjek. Subjek penelitian ini adalah peserta didik beragama buddha SMP Smaratungga Ampel yang berjumlah 27 siswa beragama Buddha. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel kegiatan keagamaan Buddha dan pembentukan karakter Buddhis. Hal ini ditunjukkan dari koefisien regresi sebesar 0,754 yang berarti pembentukan karakter buddhis dipengaruhi oleh kegiatan keagamaan Buddha. Persamaan regresi linier sederhana antara kegiatan keagamaan Buddha dengan pembentukan karakter Buddhis yaitu: Y=45.502+0,719X.</p>2023-07-31T12:47:00+00:00Copyright (c) 2023 Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan